Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Kamis, 14 Februari 2013

Kecerdikan Tikus Tanah

+Cerita Anak

Dulu, Burung Elang dan Burung Hantu merupakan dua burung yang memiliki hubungan persahabatan paling erat. Keduanya selalu bersama kemana-mana pun mereka pergi. Bahkan ketika berburu pun mereka selalu bersama dan membagi sama rata hasilnya. Burung Elang sahabat Burung Hantu itu memiliki nama Geronimo, sedangkan Burung Hantu-nya memiliki nama Holcus. Keduanya merupakan nenek moyang daripada para Burung Elang dan Burung Hantu yang hidup sekarang ini.

Meski Geronimo dan Holcus selalu kompak dalam hal apapun, tetapi ada satu hal yang menyebabkan mereka berselisih yaitu Tikus Tanah. Ceritanya Tikus tanah merupakan hewan cerdik yang tidak bisa ditangkap oleh keduanya. Maka ketika mereka berdua melihat Tikus Tanah, dengan cepat mereka saling rebut demi mendapatkannya.

Persaingan ini membawa hubungan yang tidak sehat antara keduanya, sampai-sampai Holcus mengeluarkan pernyataan, “jika salah satu dari kita berhasil mendapatkan Tikus Tanah duluan, berarti dia yang terhebat.”

Geronimo pun menjawab, “hohoho...siapa takut. Aku berani menjamin akulah yang akan mendapatkannya terlebih dahulu.”

Suatu hari ketika mereka sedang terbang di langit yang tinggi, terlihat Tikus Tanah sedang berlari keluar dari sarangnya. Geronimo dan Holcus langsung melakukan kode untuk balapan siapa yang duluan yang berhasil menangkap Tikus Tanah. Secepat kilat mereka melakukan serangan, dengan menukik tajam tepat sasaran menuju Tikus Tanah yang berada di bumi. Dan brukkk…..keduanya bertabrakan dan nyungsruk ke tanah tapi masing-masing dari cakar mereka telah menggenggam tubuh Tikus Tanah secara seimbang. Geronimo bagian kepala dan Holcus bagian bawahnya. Mereka sepakat bahwa mereka sama-sama hebat dan cepat.

Lalu mereka pun bersepakat membagi dua hasil buruannya. Namun justru karena hal tersebut, Tikus Tanah memiliki akal untuk melarikan diri.

“Maaf, tuan-tuan burung..” kata Tikus Tanah memulai pembicaraan, “bolehkah saya meminta sesuatu kepada kalian sebagai permintaan terakhir?!”

“Tentu saja,” jawab mereka serempak.

“Tapi kalian harus janji untuk mengabulkannya.”

“Hmm..baiklah,” kata Geronimo penuh wibawa.

“Ini sebuah permintaan khusus…”

“Sudah katakan saja apa permintaan terakhirmu!” Holcus tak sabar mendengar permintaan Tikus Tanah yang cenderung berbelit-belit.

“Lepaskan aku dulu,” kata Tikus Tanah, “biarkan aku membicarakan hal ini dulu pada kalian. Aku tak bisa bicara dalam posisi ini.” Tikus Tanah pun dilepaskan oleh kedua burung itu. Tikus tanah berdiri, dan membersihkan beberapa debu yang menempel di tubuhnya. Ia mengibas-ngibaskannya. Dia lalu mengangkat tangannya, dan membahasakan dengan jemarinya satu.

“Aku tak ingin kalian membagiku,” Tikus Tanah memulai aktingnya, “tubuhku terlalu berharga untuk dibagi menjadi dua bagian.”

“Maksudmu?!” Tanya burung hantu bingung.

“Yeach, aku tak ingin ketika dimakan, aku dipotong menjadi dua. Satu untuk kamu (sambil menunjuk Geronimo) dan satunya untuk kamu (sambil menunjuk Holcus). Aku ingin tubuhku utuh. Aku ingin masuk ke dalam surga…”

“Surga?” keduanya bertanya karena penasaran.

“Iya, dalam keyakinan kami para tikus, untuk bisa masuk ke surga maka tubuh kami harus utuh saat mati dan harus pula dimakan oleh satu pemangsa,” Tikus Tanah berupaya menjelaskan untuk mengelabui dua makhluk itu, “jadi, salah satu dari kalian harus mengalah. Mengerti!? Dan karena ini permintaan terakhirku, aku ingin ini dikabulkan oleh kalian. Terserah siapa yang akan memakanku.”

Keduanya lalu berunding.

“Tikus ini bagianku!” tukas Geronimo.

“Tidak, aku telah mendapatkannya lebih dulu,” Holcus berujar tak mau kalah.

“Aku melihatnya lebih dulu,” balas Geronimo.

“Tapi aku lebih cepat darimu!” ejek Holcus.

Lalu tak butuh waktu lama bagi perkelahian diantara mereka muncul. Apalagi setelah diprovokatori oleh Tikus Tanah. Keduanya terlibat dalam baku hantam sengit. Kemudian Tikus Tanah yang cerdik ini segera pergi meninggalkan dua burung bodoh yang ditipunya mentah-mentah, saat mereka berdua masih berkelahi.

“Huh, dasar dua burung yang bodoh!” gumam Tikus Tanah sambil membuat lobang di tanah untuk kabur dari tangkapan kedua burung itu.

Menyadari bahwa tindakan mereka keliru, Geronimo dan Holcus menghentikan perkelahian mereka dan bersepakat untuk tetap pada rencana semula yaitu membagi dengan rata. Saat mereka telah sepakat untuk membagi dan berniat kembali pada Tikus Tanah mereka. Ternyata Tikus Tanah sudah tidak ada lagi di tempatnya. Mereka saling memandang. Merasa terlalu bodoh dikelabui oleh Tikus Tanah mereka pergi ke arah yang berlainan. Dan sejak hari itu mereka bermusuhan. Itulah sebabnya mengapa elang berburu di siang hari dan burung hantu di malam hari.[]

0 $type={blogger}:

Posting Komentar