Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Selasa, 19 Februari 2013

Kecil Itu Berarti


Suatu hari di hutan digelar sebuah rapat yang dihadiri oleh tuan Gajah, tuan  Harimau, tuan Kancil, tuan Badak dan tuan Semut. Mereka berdiskusi karena hutan sedang diserang oleh pemburu-pemburu liar. Para pemburu tersebut membuat penduduk hutan ketakutan. Mereka yang mengikuti diskusi kemudian mengajukan usulan sebagai upaya mengusir para pemburu.

Tuan Badak yang pertama kali berbicara, “kita serang saja mereka dari depan. Kita hantam para pemburu itu dengan tandukku yang keras ini.”

“Tidak pemburu-pemburu itu pasti sudah mempersiapkan jebakan untuk kita,“ jawab tuan Gajah, “lebih baik kita takut-takuti saja dengan suaraku. Mereka pasti mengira ada raksasa di dalam hutan ini, kemudian mereka pasti lari tunggang langgang karena ketakutan.”

“Belum tentu mereka ketakutan,” jawab tuan Harimau, “mereka lebih cerdik daripada tuan Kancil sekalipun. Tentu saja mereka tahu itu suaramu tuan Gajah. Seperti yang kalian ketahui, aku ahli dalam soal strategi. Sebab selama ini jika mengincar mangsa aku selalu mengendap-endap dan secara tiba-tiba aku kemudian langsung menerkam mangsaku. Sekarang serahkan semua padaku.” Tuan Harimau menepuk dadanya sendiri. Ia selalu saja merasa paling hebat.

“Hmm, rencana itu baik tuan Harimau,” kata tuan Kancil, “tapi rencana itu terlalu riskan untuk dilakukan. Kita tahu jumlah pemburu sangatlah banyak. Jadi mungkin saja ketika kau menerkam salah satu di antara mereka, kawannya yang lain akan menembakmu dari arah yang kau sendiri tidak pernah menduganya.” Yang lain pun mengangguk-angguk menyetujui perkataan tuan Kancil yang memang ada benarnya juga.

Kemudian keadaan hening sejenak. Seluruh kepala mereka tertunduk lesu. Mereka merasa putus asa karena tak ada lagi jalan keluar. Mereka dilanda ketakutan yang sangat, bagaimana seandainya hutan sebagai rumah yang sangat mereka cintai ini berhasil dikuasai oleh para pemburu. Tentu mereka akan terusir. Entah akan tinggal di mana. Dalam keadaan hening itu, ada seekor hewan yang dari tadi ingin mengajukan sebuah usulan. Hewan itu adalah tuan Semut. Tapi karena dia kecil dan suaranya juga pelan, maka suaranya tak terdengar oleh siapapun. Kecuali suara yang gemerisik mirip suara tawon, tapi para peserta rapat tidak mendengar apa-apa. Jadi rapat itu ditutup tanpa ada usul yang akan dilaksanakan untuk mengusir para pemburu tersebut.

Tuan Semut jelas kesal sekali tak ada yang mendengar suara kecilnya. Ia pun pulang sambil menggerutu. “Huh, mentang-mentang badan dan suaraku kecil tak ada yang bisa mendengar suaraku,” tuan semut mendengus, “padahal aku punya ide yang bagus sekali.”

Tak lama kemudian tuan Semut pun memiliki akal yang sangat hebat sekali. Supaya suaranya terdengar oleh seluruh penduduk hutan. Lalu dikumpulkanlah seluruh penduduk semut di hutan itu sendirian. “Jika hewan-hewan hutan lainnya tak mendengarku, setidaknya teman-temanku mau mendengarku,” begitu katanya dalam hati.

Disampaikanlah pesan bersambung yang menghubungkan semut-semut di hutan. Lalu seluruh penduduk semut di hutan berkumpul di tempat yang telah ditentukan oleh tuan semut. Lalu tuan semut membuat rencana dengan para penduduk semut di hutan.

***

Hari yang ditakutkan oleh seluruh hewan-hewan hutan pun tiba. Rombongan para pemburu liar datang. Mereka menyebar dan menyiapkan diri mereka masing-masing. Hewan-hewan itu hanya bisa melihat dari balik semak-belukar, kawan-kawan mereka ditangkap. Tampaknya tengah terjadi penangkapan besar pada hari itu. Di antara rasa takut hewan-hewan hutan melihat itu. Mereka melihat tuan semut yang kecil memimpin sebuah rombongan besar. Pasukan semut yang telah bersiaga pun mulai memenuhi hutan. Mereka menyusup dari bawah tanah dan atas tanah.

Ketika para pemburu itu mulai lengah, tuan semut segera berteriak, “serang!” Pasukan semut yang sudah siap siaga langsung menyerang seluruh pemburu-pemburu itu. Para pemburu yang tidak siap dengan serbuan pasukan semut kecil segera kocar-kacir, apalagi setelah tuan Harimau, tuan Badak, tuan Kancil dan tuan Gajah turut membantu. Hancurlah sudah kawanan pemburu yang akan merusak hutan.

Lalu hewan-hewan yang ada di hutan itu menghargai keberanian tuan semut yang luar biasa. Yang walaupun badan dan suaranya kecil ia tetap memiliki sesuatu yang luar biasa. “Maafkan kami,” kata tuan Gajah, “telah meremehkan dirimu. Mulai hari ini dan seterusnya, kami tidak akan meremehkan kau, tuan Semut.” Tuan semut pun bahagia, karena seluruh penduduk hutan telah mengakui keberadaan dirinya dan akan mendengar suaranya.

Tak semua yang kecil itu tidak berarti.
Mungkin saja sesuatu yang besar itu bisa berarti karena ada hal yang kecil.
Seperti tuan semut yang selalu saja di remehkan oleh penduduk hutan.

2 $type={blogger}:

  1. wah asik nih banyak cerita, bisa aku pake buat critain ke anak sebelum tidur,,, ijin follow ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan Kakak. Waduh, saya lupa kasih Follow this blog ya Kakak.

      Hapus