Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Rabu, 06 Maret 2013

[Dongeng Anak] Pangeran Kodok

Oleh: Brothers Grimm

Dongeng anak yang berjudul Pangeran Kodok ini merupakan sebuah dongeng anak yang dikumpulkan oleh Brothers Grimm dengan judul The Frog Prince. Dongeng anak ini menjadi cerita pembuka dalam kumpulan dongeng untuk anak yang mereka kumpulkan.

Dongeng Anak, Pangeran Kodok, Brothers Grimm, The Frog Prince, Cerita Anak Anak
Dongeng Anak >> Pangeran Kodok

Dalam dongeng anak ini diceritakan bahwa seorang putri yang enggan berteman, setelah ditolong oleh sang kodok. Pada versi modern, sang kodok dalam dongeng anak ini berubah setelah dicium sang putri. Sementara, pada versi Brothers Grimm, sang kodok dalam dongeng anak ini berubah setelah dilempar sang putri.

***

Inilah dongeng anak, Pangeran Kodok

Dikisahkan pada zaman dulu, ada seorang raja bijaksana yang mempunyai putri-putri yang sangat cantik. Di antara putri-putri raja tersebut, Putri Bungsulah yang paling cantik. Di dekat istana, terdapat hutan yang gelap dan rimbun. Di bawah sebuah pohon tua yang mempunyai daun-daun berbentuk hati, ada sebuah sumur. Sang putri senang sekali kesana untuk duduk-duduk di tepi sumur, sambil bermain lempar tangkap bola emas.

Suatu hari, ketika bola emas itu dimainkan tangan sang putri luput menangkapnya. Bola emas jatuh di tanah lalu menggelinding masuk ke sumur. Sang putri hanya bisa melihatnya. Ia lalu melongo untuk melihat sumur. Sayangnya, sepertinya, sumurnya terlalu dalam. Bola emas itu tidak tampak lagi. Sang putri menangis. Di tengah tangisannya, terdengar suara,

"Apa yang membuat kamu begitu sedih, Putri? air matamu dapat melelehkan hati yang terbuat dari batu."

Sang putri mencari asal suara. Tidak ada seorang pun yang terlihat, kecuali seekor kodok.

"Kodok, kamukah yang bicara?" tanya sang putri, "Saya menangis karena bola emas saya jatuh ke dalam sumur."

"Jangan khawatir, jangan menangis," jawab sang kodok, "Saya bisa menolong kamu; tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada saya apabila saya dapat mengambil bola emas tersebut?"

"Apapun yang kamu inginkan," katanya, "Pakaian, mutiara dan perhiasan manapun yang kamu mau, ataupun mahkota emas yang saya pakai ini."

"Pakaian, mutiara, perhiasan dan mahkota emas mu bukanlah untuk saya," jawab sang kodok, "Bila saja kamu menyukaiku, dan menganggap saya sebagai teman bermain, dan membiarkan saya duduk di mejamu, dan makan dari piringmu, dan minum dari gelasmu, dan tidur di ranjangmu. Jika kamu berjanji akan melakukan semua ini, saya akan menyelam ke bawah sumur dan mengambilkan bola emas tersebut untuk kamu."

"Ya tentu," jawab sang putri raja, "Saya berjanji akan melakukan semua yang kamu minta, jika kamu mau mengambilkan bola emasku."

Tapi putri raja tersebut berpikir,  "Omong kosong apa yang dikatakan oleh kodok ini! Seolah-olah melakukan apa yang dimintanya, selain berkoak-koak dengan kodok lain. Bagaimana aku berteman dengannya?"

Kodok tersebut, begitu mendengar sang putri mengucapkan janjinya, menarik kepalanya masuk ke dalam air dan mulai menyelam turun. Setelah beberapa saat, dia kembali ke permukaan dengan bola emas pada mulutnya dan melemparkannya ke atas rumput.

Putri raja menjadi sangat senang melihat mainannya kembali, dan dia mengambilnya dengan cepat dan lari menjauh.

"Berhenti, berhenti!" teriak sang kodok, "Bawalah aku pergi juga, saya tidak dapat lari secepat kamu!"

Tetapi hal itu tidak berguna karena sang putri itu tidak mau mendengarkannya dan mempercepat larinya pulang ke rumah, dan dengan cepat melupakan kejadian dengan sang kodok, yang masuk kembali ke dalam sumur.

***

Hari berikutnya, ketika putri Raja sedang duduk di meja makan dan makan bersama Raja dan menteri-menterinya di piring emasnya, terdengar suara sesuatu yang meloncat-loncat di tangga, dan kemudian terdengar suara ketukan di pintu dan sebuah suara yang berkata "Putri raja yang termuda, biarkanlah saya masuk!"

Putri Raja yang termuda itu, kemudian berjalan ke pintu dan membuka pintu tersebut. Ketika melihat seekor kodok, dia menutup pintu tersebut kembali dengan cepat dan tergesa-gesa duduk kembali di kursinya dengan perasaan gelisah.

Raja menyadari perubahan tersebut berkata, "Anakku, apa yang kamu takutkan? Apakah ada raksasa berdiri di luar pintu dan siap untuk membawa kamu pergi?"

"Oh.. tidak," jawabnya, "Tidak ada raksasa, hanya kodok jelek."

"Dan apa yang kodok itu minta?" tanya sang Raja.

"Oh papa," jawabnya, "Ketika saya sedang duduk di sumur kemarin dan bermain dengan bola emas, bola tersebut tergelincir jatuh ke dalam sumur, dan ketika saya menangis karena kehilangan bola emas itu, seekor kodok datang dan berjanji untuk mengambilkan bola tersebut dengan syarat bahwa saya akan membiarkannya menemaniku, tetapi saya berpikir bahwa dia tidak mungkin meninggalkan air dan mendatangiku; sekarang dia berada di luar pintu, dan ingin datang kepadaku."

Dan kemudian mereka semua mendengar kembali ketukan kedua di pintu dan berkata,

"Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untuk saya! Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku? Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untukku!"

"Apa yang pernah kamu janjikan harus kamu penuhi," kata sang Raja, "Sekarang biarkanlah dia masuk."

Ketika dia membuka pintu, kodok tersebut melompat masuk, mengikutinya terus hingga putri tersebut duduk kembali di kursinya. Kemudian dia berhenti dan memohon, "Angkatlah saya supaya saya bisa duduk denganmu."

Tetapi putri Raja tidak memperdulikan kodok tersebut sampai sang Raja memerintahkannya kembali. Ketika sang kodok sudah duduk di kursi, dia meminta agar dia dinaikkan di atas meja, dan disana dia berkata lagi,

"Sekarang bisakah kamu menarik piring makanmu lebih dekat, agar kita bisa makan bersama."

Dan putri Raja tersebut melakukan apa yang diminta oleh sang kodok, tetapi semua dapat melihat bahwa putri tersebut hanya terpaksa melakukannya.

"Saya merasa cukup sekarang," kata sang kodok pada akhirnya, "Dan saya merasa sangat lelah, kamu harus membawa saya ke kamarmu, saya akan tidur di ranjangmu."

Kemudian putri Raja tersebut mulai menangis membayangkan kodok yang dingin tersebut tidur di tempat tidurnya yang bersih. Sekarang sang Raja dengan marah berkata kepada putrinya,

"Kamu adalah putri Raja dan apa yang kamu janjikan harus kamu penuhi."

Sekarang putri Raja mengangkat kodok tersebut dengan tangannya, membawanya ke kamarnya di lantai atas dan menaruhnya di sudut kamar, dan ketika sang putri mulai berbaring untuk tidur, kodok tersebut datang dan berkata, "Saya sekarang lelah dan ingin tidur seperti kamu, angkatlah saya keatas ranjangmu, atau saya akan melaporkannya kepada ayahmu."

Putri raja tersebut menjadi sangat marah, mengangkat kodok tersebut ke atas dan melemparkannya ke dinding sambil menangis,

"Diamlah kamu kodok jelek!"

Tetapi saat kodok tersebut jatuh ke lantai, dia berubah dari kodok menjadi seseorang pangeran yang sangat tampan. Saat itu juga pangeran tersebut menceritakan semua kejadian yang dialami, bagaimana seorang penyihir telah membuat kutukan kepada pangeran tersebut, dan tidak ada yang bisa melepaskan kutukan tersebut. Kecuali, sang putri yang telah ditakdirkan untuk bersama-sama memerintah di kerajaannya.

Dengan persetujuan Raja, mereka berdua dinikahkan. Saat itu, datanglah sebuah kereta kencana yang ditarik oleh delapan ekor kuda dan diiringi oleh Henry pelayan setia sang pangeran untuk membawa sang putri dan sang pangeran ke kerajaannya sendiri. Ketika kereta tersebut mulai berjalan membawa keduanya, sang pangeran mendengarkan suara seperti ada yang patah di belakang kereta. Saat itu sang Pangeran langsung berkata kepada Henry pelayan setia, "Henry, roda kereta mungkin patah!"

Tetapi Henry menjawab, "Roda kereta tidak patah, hanya ikatan rantai yang mengikat hatiku yang patah, akhirnya saya bisa terbebas dari ikatan ini."

Ternyata Henry pelayan setia telah mengikat hatinya dengan rantai saat sang Pangeran dikutuk menjadi kodok agar dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh sang Pangeran, dan sekarang rantai tersebut telah terputus karena hatinya sangat berbahagia melihat sang Pangeran terbebas dari kutukan.

***

Demikianlah dongeng anak berjudul Pangeran Kodok ini. Pesan dalam dongeng anak ini adalah jangan berjanji jika merasa berat menepati. Tapi, jika sudah berjanji, ya harus ditepati. Semoga kisah dongeng anak ini menginspirasi teman-teman sekalian.

3 $type={blogger}:

  1. teringat waktu kecil nih kalo bca kaya gini hehe

    BalasHapus
  2. @Yogie Share : senang sekali punya pengalaman didongengi oleh ayah atau ibu ya? Akoh sendiri tidak pernah, tapi kelak Akoh akan mendongeng untuk anakku...

    BalasHapus
  3. iya nih jadi inget sama mama dan ayah

    BalasHapus