Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Jumat, 25 Mei 2018

Jempol, Telunjuk, dan Kelingking

"Gendis, ayo kita main suitan," kata Keina kepada Gendis yang usianya dua tahun dibawahnya.

Gendis yang masih berusia lima tahun itu bingung. "Suit, apaan sih?" tanyanya.

"Suit itu kita menentukan siapa pemenang diantara kita dengan mengacungkan tiga jari yang dipilih. Jempol melambangkan gajah, telunjuk melambangkan manusia, dan kelingking melambangkan semut."

Gendis mengernyitkan dahi, tanda dirinya masih belum mengerti. Keina paham arti mimik Gendis itu. Dia coba menjelaskannya.

"Jadi misalnya aku bilang suit, nanti kamu mengacungkan salah satu jari ya. Boleh jempol, telunjuk, atau kelingking."

"Oke, aku mengerti."

"Ayo, kita mulai," kata Keina, "Satu-dua-tiga... Suit!"

Keina mengacungkan telunjuknya, sedangkan Gendis mengacungkan kelingkingnya.

"Yea, aku yang menang," kata Keina.

"Ih, kok bisa?" tanya Gendis.

"Jadi kelingking kalah sama telunjuk, telunjuk kalah sama jempol, dan jempol kalah sama kelingking."

"Oh gitu, ayo kita coba lagi."

"Yuk," sahut Keina, "Satu-dua-tiga... Suit!"

Keina mengacungkan jari telunjuk, sedangkan Gendis mengacungkan jempol.

"Yeah, aku menang," kata Gendis bersorak sorai.

"Eh Gendis, udahan ya mainnya, besok kita main lagi ya."

"Iya, makasih ya Kei, udah ajarin aku main suit-suitan."

Jatiasih, Bekasi, 24 Mei 2018.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar