Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Minggu, 15 Desember 2013

Cerita Rakyat Jepang: Chin Chin Kobakama

Zaman dulu di Jepang pernah ada seorang perempuan yang menikah dengan laki-laki kaya. Menurut cerita rakyat Jepang dikisahkan bahwa sang istri dipastikan memperoleh apa yang diinginkannya. Sehingga, dia tak pernah merasakan susah. Akibatnya, dia bersikap semaunya sendiri, karena sikap manja yang diberikan suaminya. Bahkan, dia enggan menggerakkan tubuhnya untuk membuang tusuk gigi sekalipun. Padahal dia yang telah memakainya.

Laki-laki tercinta perempuan itu sangat sibuk mengurusi hal itu. Sehingga, tak sempat mendidik istrinya. Meski begitu tak pernah laki-laki itu meninggalkan sang istrinya barang semalam sekalipun. Namun, pekerjaannya sebagai pedagang, mengharuskannya pergi meninggalkan istrinya selama berhari-hari.

Kumpulan cerita rakyat itu mengisahkan bahwa suatu waktu, si laki-laki ini harus meninggalkan istrinya di rumah. Sebab, ada kesalahan dari anak buahnya yang tak becus bekerja. Dia pun dikomplain kliennya. Mau tak mau, perempuan itu merelakan kepergian suaminya dari sisinya.

Saat ditinggal suaminya pada malam harinya si perempuan ini begitu sulit memejamkan mata. Dia gelisah. Ini kali pertama dia ditinggal suami sendirian. Di saat bersamaan, muncullah sekawanan manusia kerdil. Kawanan manusia kerdil memiliki wajah menyeramkan ini mengenakan pakaian seperti suaminya sambil membawa sebilah pedang sepanjang lima sentimeter. Lucunya, para manusia kerdil ini hanya menari-nari mengelilinginya, sambil mengatakan, "Kami chin chin kobakama. Kami chin chin kobakama. Malam sudah larut, tidurlah tuan putri." Justru itu si perempuan harus terjaga semalaman. Baru ketika menjelang pagi, dia bisa tertidur. Itu juga lantaran manusia kerdil itu sudah menghilang.

Kejadian ini rupanya tak cuma sekali dialaminya. Sepanjang suaminya pergi, para manusia kerdil ini selalu datang, menari-nari, dan meneriakkan kalimat yang sama berulang-ulang. Dia tak menceritakannya kepada siapapun, termasuk para pelayannya. Dia takut ditertawakan. Baru setelah suaminya pulang, dia menceritakannya. Itu pun setelah dipaksa cerita.
"Kamu belum tidur?" tanya si laki-laki demi melihat istri tercintanya belum tidur.

"Belum bisa tertidur," sahutnya.

"Kenapa? Apa penyebabnya?"

"Tidak ah. Kamu pasti menertawakan ceritaku."

"Oh, ayolah, aku takkan tertawa. Apa ceritamu sejenis cerita lucu?"

Istrinya itu menggeleng, lalu menatap suaminya. Pada awalnya, dia ragu-ragu, tapi akhirnya dia memutuskan untuk menceritakannya. "Tapi, berjanjilah tidak menertawakannya."

"Ya, aku berjanji."

"Setiap malam, saat kau pergi, ada sekawanan manusia kerdil masuk ke kamar ini. Mereka menggodaku dan meneriakkan, 'Kami chin chin kobakama. Kami chin chin kobakawa. Malam sudah larut, tuan putri tidurlah.' Begitulah, aku tidak tertidur sampai pagi menjelang."

Si suami tidak tertawa mendengar cerita istrinya. Yang terjadi justru, dia menyimak dengan seksama. "Jangan khawatir sayang, aku akan memberi mereka pelajaran."

*

Malam berikutnya, si pedagang pura-pura pergi lagi untuk memancing chin chin kobakama keluar. Dan, benar saja, mereka pun datang lagi pada malam hari. Si pedagang kemudian mengintip dari luar. Bukannya emosi, si pedagang justru tersenyum. Lalu, dia masuk kamarnya dan mengusir kawanan manusia kerdil itu. Dalam sekejap, mereka langsung menghilang. Yang tersisa hanyalah pedang yang tak lain adalah tusuk gigi bekas yang belum dibuang oleh si istri.

Si pedagang pun menunjukkan pada istrinya. "Mungkin gara-gara kamu malas membersihkan semua ini. Manusia-manusia kerdil itu datang untuk menggodamu."

Cerita rakyat pendek ini begitu populer di Jepang. Mengingatkan orang-orang untuk sadar akan kebersihan.[]

0 $type={blogger}:

Posting Komentar