Cerita Anak Kecil – Alfart suka sekali dengan layang-layang. Di musim layang-layang tahun ini, tiap sore, dia pasti berada di lapangan. Yah, meskipun hanya menonton teman-temannya bermain layangan, tanpa bisa ikut ambil bagian.
Sebetulnya, Alfart ingin ikut bermain. Masalahnya dia tidak punya uang untuk membeli layangan juga senarnya.
“Daripada buat beli layangan, lebih baik duitnya ditabung buat keperluan sekolahmu atau lainnya,” begitu emaknya Alfart menjawab ketika Alfart minta duit untuk membeli layangan dan senarnya. Alfart tak mau memaksa. Dia sadar hidup mereka pas-pasan. Emak benar.
Meski begitu, Alfart tak mau menyerah. Karena itu, dia berpikir bagaimana cara bermain layangan tanpa harus menyusahkan emak?
Itulah kenapa sore ini dia ada di lapangan. Tepatnya di sisi luar lapangan. Dia melihat, mengamati, dan siap bertindak lebih cepat untuk mengejar layangan putus. Dalam dunia perlayangan, layangan putus adalah layangan tak berpemilik yang bisa diklaim sepihak oleh siapapun yang berhasil mendapatkannya. Dan itu gratis!
Alfart ingin mendapatkan layangan gratis itu. Dia tidak sendiri. Beberapa anak lain juga siap siaga rebutan layangan putus.
Setelah menunggu beberapa lama, terdengar pekik suara Zaki: “Layangan Fahri putus!”
Sontak Alfart berlari mengejar layangan itu. Anak-anak pengejar layangan lain juga mulai berlari mengejar. Suara riuh anak-anak pengejar layangan terdengar. Layangan itu melayang-layang hampir jatuh di atas tanah. Sayangnya Amir-lah yang berhasil mendapatkan layangan itu. Alfart tak patah arang. Dia terus mencoba terus peruntungannya, tapi itu bukan waktu kemenangan baginya.
Hari makin sore. Anak-anak yang bermain layangan mulai pulang satu per satu. Semangat Alfart pupus. Dia ingin pulang saja. Zaki dan Fahri menghampirinya. “Fart, kamu mau?” tanya mereka berdua, sambil menawarkan satu buah layangan. Mata Alfart berbinar-binar. Layang-layang idaman ada disodorkan dua temannya. Alfart menerimanya.
Gambar dari Pixabay.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar