Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Minggu, 28 Juni 2020

Cewek Pemilik Wajah di Video

Tetttt... tetttt... tetttt... suara bel terdengar ke seantero sekolah – jam istirahat pertama dimulai. 

Semua murid kelas 1-2 terlihat berhamburan keluar kelas untuk melakukan aktivitas masing-masing. Hanya Pinot yang tampak duduk di bangkunya.  Kepala direbahkan ke atas meja. 

Pinot terlihat galau. Penolakan Wanda, cewek hitam-manis anak kelas 1-3, masih meninggalkan bekas luka di hatinya. 

“Sorry, Not, aku nggak bisa nerima kamu. Saat ini nggak ada pacar-pacaran dulu. Ortu nyuruh aku fokus sekolah,” jawab Wanda sebulan yang lalu, ketika Pinot menyatakan cinta, masih teringang-ngiang.

“Alasan ta*k kucing!” pekik Pinot lirih.

Pinot memaki, karena tahu bahwa jawaban Wanda hanyalah alasan klise untuk menolaknya. Pasalnya, dua hari kemudian – setelah dirinya menyatakan cinta –, Wanda diketahui jadian sama Vernando, kakak kelas mereka. Yang membuat Pinot jengkel adalah Wanda menerima Vernando jadi pacar, karena Vernando punya motor keren.

“Woiii!” tiba-tiba suara pekikan terdengar, mengganggu kegalauan Pinot. 

Sontak Pinot mengangkat kepalanya dan menemukan Deva duduk di bangku depan tempat duduknya. Mengetahui Deva yang datang, Pinot merasa tidak perlu memberikan penjelasan apa-apa. Jadi, dia memutuskan merebahkan kepalanya kembali di atas meja. 

“Ngegalauin siapa sih? Wanda?” ledek Deva melihat sohibnya masygul.

“Kalau iya kenapa? Masalah buat elu? Dev, kalau elu dateng ke sini cuman buat ngeledek gue mending elu mengenyahkan diri dari sini secepatnya deh!” Pinot berang dengan ledekan Deva.

“Ih, sensi amat elu kayak testpack,” sahut Deva mengomentari sahabatnya itu, “Gue tuh ke sini cuman mau ngasih tahu elu, Not.”

“Apaan?”sahut Pinot galak. Kepalanya masih direbahkan di meja.

Bukannya marah, Deva justru terkekeh. “Nah gitu dong, ngegas! Hehehe...”

Kemudian, ia pindah tempat duduk ke samping Pinot. Ia celingak-celinguk, memastikan tak ada seorang pun yang lewat ataupun masuk ke kelas. 

“Apa sih elu?” tanya Pinot, risih melihat tingkah galib kawannya itu.

Setelah yakin tak ada siapapun, Deva mengeluarkan HP dari saku bajunya. Dinyalakannya layar HP untuk menunjukkan sebuah file video.

“Not, coba elu tonton ini video...” pinta Deva.

“Apaan nih?” tanya Pinot menegakkan kepala. Ia memekik begitu melihat file thumbnail cewek tanpa busana di File Manager HP Deva. 

“Anjrit, bok*p?! Dasar kuyuk Pantura, ngapain elu ngeb*kep disini begok?!” pekik Pinot dengan suara tertahan.

“Ini bukan sembarang b*kep. Tonton deh.”

Penasaran, Pinot mengambil HP dari tangan Deva. Ia menyetel file video yang Deva maksud. Di menit 2.20, mata Pinot terbelalak lebar melihat wajah cewek yang sudah tak asing lagi di dalam video tersebut.

“I... ni siapa Dev?” tanyanya terbata-bata.

“Menurut elu siapa?”

“Wanda?”

Deva mengangguk. 

“Kok...” 

Belum selesai Pinot berkata, Deva memotong untuk memberikan penjelasan, “Menurut kasak-kusuk yang beredar Wanda dan Vernando itu putus seminggu lalu.”

“Nah, karena yang mutusin itu Wanda, Vernando nggak terima. Diunggahlah video m*s*m itu di situs P*rnh*b. Temen sekelas gue, si Beben, tauk kan lu, yang demen banget sama video-video begituan?”

Pinot mengangguk.

“Secara nggak sengaja, dia lihat itu video. Yaudah, dia unduhlah video itu. Terus dikirimlah ke grup WA kelas gue.”

“Kok gue nggak tauk soal ini ya?” tanya Pinot. Nada suaranya terdengar pilu.

“Gue sebenernya mau kasih tauk elu, tapi... gue lihat-lihat elu lagi sibuk banget menata hati. Mau move on tapi terasa berat begitu,” sahut Deva.

Tettt... tettt... tettt... bel sekolah kembali berbunyi. Jam pelajaran akan dimulai kembali. Beberapa murid sudah kembali ke kelas. 

“Not, gue masuk kelas dulu. Mudah-mudahan info ini bikin elu cepat move on. Soalnya nggak ada gunanya juga mikirin orang yang mikirin kita. Apalagi kelakuannya di luar dugaan semua orang,” Deva pamit kembali ke kelas.

Sepeninggalnya Deva, Pinot bertanya-tanya: apakah dirinya harus merasa bersyukur lantaran Wanda tidak menerima cintanya atau tidak? Semisal, Wanda memilih dirinya, apakah kejadian seperti ini akan terjadi? 

Pinot menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan-pelan. Perlahan-lahan beban berat di pundaknya akibat penolakan Wanda sebulan lalu  berangsur-angsur menghilang. Pikiran juga terasa ringan. 

Ia tidak mau menebak-nebak. Bibir Pinot menyunggingkan senyum kecil. “Apa yang dikatakan Deva itu benar,” gumamnya.

Yogyakarta-Jatiasih, 2008-2020.

Biodata penulis

Nama: Maesawa
Usia: 18 tahun
Facebook: -
Blog: -
Pengalaman menulis: Ini cerpen pertama yang kubuat. Semoga kalian suka ya!

0 $type={blogger}:

Posting Komentar