Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Minggu, 28 Juni 2020

Sepatu Baru Buat Keina

Oke, this time!” ucap Keina.

Ia mengangkat martil yang diambil dari kotak perkakas. Kemudian, menghujamkannya persis ke arah celengan babi.

Brakkk...

Celengan babi yang terbuat dari tanah liat itu pecah. Uang recehan, kertas dan logam, yang tersimpan di dalamnya selama ini berhamburan ke lantai.

Keina tersenyum puas. Kemudian, memunguti uang-uang recehan tersebut sambil menghitungnya.

“Yes! Pas, sejuta seratus,” kata Keina, usai menghitung uang celengan yang ia sisihkan selama ini. Berarti, impiannya membeli sneakers Naike bisa diwujudkan.

“Tapi, beli sneakers Naike model apa ya?” Keina bergumam pada dirinya sendiri. Ia tahu Naike merilis beberapa model sneakers cewek dengan harga sejutaan.

“Bingung! Browsing dulu dah!”

Keina menghidupkan laptop jadulnya, menyambung hotspot HP-nya ke wifi laptop.

Di saat bersamaan, samar-samar, ia mendengar suara tangisan dari luar kamarnya. Ia keluar kamar dan menemukan Mamanya tengah menangis tersedu-sedu di sofa ruang depan.

Ia menghampirinya, dan bertanya, “Mama kenapa?”

Terkejut dengan kemunculan Keina yang tiba-tiba, Mama langsung menghapus air matanya dengan jari kanannya. Dengan senyum canggung, ia mengatakan, “Eng... Enggak ada apa-apa kok sayang.”

Keina tidak percaya pada omongan mama. Usianya sudah menginjak 17 tahun sekarang, jadi ia tahu sedang dibohongi atau tidak.

“Mama nggak usah bohong,” kata Keina, kemudian memilih duduk di sebelah Mama, “Ma, aku bukan anak kecil lagi. Kalau ada masalah, ya, Mama bisa cerita ke aku.”

Habis menangis, mata Mama masih terlihat sembab. Tapi, bibirnya tampak tersenyum tipis – bahagia, karena putri semata wayangnya sudah beranjak dewasa. Dan akhirnya, ia menceritakan masalah yang tengah menimpanya.

“Mama habis ketipu, Kei,” kata mama akhirnya membuka suara.

Keina membulatkan matanya. “Hah, ketipu? Gimana bisa?”

“Ya, bisalah. Namanya juga orang ketipu,” sahut Mama.

Kemudian, Mama melanjutkan ceritanya, “Jadi, tiga bulan kemarin Mama ketemu sama teman lama Mama, teman SMA. Dia cerita, katanya, punya bisnis apa gitu, terus ngajak Mama buat join. Dia ngiming-ngimingin keuntungan yang lumayan.”

“Mama mau?”

Mama mengangguk, terus melanjutkan ceritanya. “Waktu itu, Mama lagi nggak pegang duit, tapi Mama pegang duit kas RT ibu-ibu. Jadi Mama pakai dulu duit itu.”

“Ish, Mama nih,” komentar Keina.

“Pembayaran keuntungan pada dua bulan awal lancar, tapi masuk bulan ketiga ini nggak tau. Teman Mama jadi susah dihubungi. Masalahnya, sekarang Bu RT nanyain duit kas. Katanya, duit itu mau dibelikan masker sama hand sanitizer buat disumbangin ke orang-orang yang perlu. Yah buat mencegah penularan Covid-19, Kei. Dan masalahnya lagi, sekarang Mama cuman pegang tiga juta buat ganti duit kas RT. Kurang sejuta...”

“Nah lho?!”

“Iya, Mama juga menyesal. Tapi, gimana lagi, udah terlanjur. Mama tinggal nyari duit sejuta lagi. Duh, minjem dimana ya?”

Sambil merenung, Keina menggigit bibir bagian atasnya. Apakah duit tabungannya yang hendak digunakannya membeli sepatu sebaiknya dipinjamkan pada Mama? Ia paham, jika duit itu dipinjamkan, maka ia tak tahu lagi kapan duit itu akan kembali. Maklum saja, Mamanya sudah jadi single parent sejak tiga tahun terakhir, tepatnya sejak Papanya meninggal dunia.

Jika duit itu dipinjamkan ke Mama, maka impiannya membeli sepatu baru Naike benar-benar akan tertunda lama lagi. Namun, pada akhirnya, Keina menepiskan keraguan di hatinya.

Ia berkata, “Ma, aku ada uang, hmm... sekitar satu jutaan, Mama pakai duit aku dulu buat ganti duit kas RT. Gimana?”

Mama menatap Keina. “Lho bukannya duit itu mau kamu pakai buat beli sepatu?” tanya Mama.

“Tadinya, tapi Mama lagi kena musibah gini masak aku tega nggak bantu Mama. Beli sepatunya bisa dipending. Aku tinggal ngumpulin duit lagi aja Ma. Kalo nggak ngumpul berarti bukan rejeki aku,” Keina memberikan penjelasan panjang lebar.

Mama terharu mendengar penjelasan Keina. Hal itu sungguh di luar dugaannya. Ia merasa Keina sudah sangat dewasa sekarang.

“Mama janji akan ganti duit kamu setelah Mama ada duit,” kata mama tersenyum. Wajahnya terlihat cerah lagi.

Keina mengangguk. Ikut tersenyum senang telah berhasil memecahkan satu masalah.

***

Seminggu kemudian...

Sepulangnya dari sekolah, Keina langsung masuk ke dalam kamarnya. Mata Pelajaran hari ini sungguh membuatnya penat dan lelah. Karena itu ia ingin langsung merebahkan dirinya di atas kasur empuk.

Belum sampai merebahkan diri diatas kasur, mata Keina menumbuk pada box persegi panjang di atas meja belajarnya. Ia membuka box itu dan menemukan sepatu Naike incarannya teronggok di sana.

Keina spechless, antara girang dan bingung. Ia bertanya-tanya, siapakah orang yang sudah membeli sepatu itu? Mamanyakah?

“Bukan ini baru seminggu pasca Mama kena tipu tempo hari?” Keina bertanya-tanya dalam hati, “Gimana caranya Mama bisa membeli sepatu ini?”

Keina tidak bermaksud meremehkan Mamanya. Ia yakin seratus persen jika Mamanya bisa, tapi ia merasa hal ini lebih cepat dari perkiraannya.

Daripada bertanya-tanya, Keina memilih untuk menanyakannya langsung pada Mamanya.

***

Keina keluar dari kamar dan menemukan mama sedang memasak di dapur. Ia menghampirinya.

“Ma, lagi buat apa?” tanyanya berbasa-basi.

“Ini lagi bikin pesenannya Bu Tatik. Tadi dia datang ke rumah terus pesen kue buat acara di rumahnya besok,” Mama menjelaskan, “Oiya, kamu udah buka box yang ada di meja kamu?”

“Justru aku ke sini mau nanya soal itu,” sahut Keina cengengesan.

“Iya, itu Mama yang beli. Kamu suka?”

“Suka pake banget Ma. Ma’acih ya,” Keina memberikan big huge pada Mamanya, “Ngomong-ngomong, Mama habis dapet lotre yah?”

“Hush, ngomongnya!”

“Hehehe... Ya becanda kali Ma.”

“Ceritanya temen Mama itu akhirnya membayar keuntungan bisnis itu, Kei. Ia minta maaf pembayarannya sedikit telat kemarin karena ada beberapa masalah yang nggak bisa dikasih tahu ke Mama, tapi intinya dia membayar. Takut kejadian lagi, Mama putusin buat tarik semuanya – keuntungan sekalian modalnya.”

Keina mengangguk-angguk. Ia bersyukur, situasi tidak makin memburuk.

“Oiya, ini buat kamu.” Mama menyodorkan amplop putih ke arah Keina.

“Apaan ini Ma?”

“Buka aja-lah,” pinta Mama.

Keina terkejut saat membuka amplop putih itu. Ia menemukan duit kertas dengan pecahan seratus ribuan – jumlahnya persis pas sama uang tabungannya. “Lah ini?” tanya Keina menatap Mamanya.

“Sepatu itu anggap aja hadiah buat kamu. Nah duit ini mama kembaliin buat kamu. Kan mama utang ke kamu, ya kan?”

“Ntar duit mama habis lagi?”

“Kan bisa pinjem lagi ke kamu,” sahut mama sambil tertawa. Keina ikut-ikutan terkekeh.

[khatam]

Jatiasih, 28 Juni 2020.

Catatan: Cerpen remaja ini merupakan hasil pengembangan dari postingan lama blog Ceritanakecil. Kamu bisa membaca cerita aslinya disini.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar