Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Rabu, 09 September 2020

Dongeng: Tukang Kayu dan Tongkat Emas

Dulu sekali, ada seorang tukang kayu bernama Jaya. Ia seorang yang hidup sebatang kara tanpa siapa-siapa. Sebagai tukang kayu, ia memunguti ranting-ranting pepohonan yang sudah jatuh kemudian dijualnya di pasar. Jaya sangat tekun dalam bekerja. Sehabis bekerja pun ia selalu berdoa agar diberi kemudahan dalam menjalankan pekerjaan.

Suatu hari selepas lelah bekerja sepanjang hari, ia beristirahat, setelah sebelumnya berdoa terlebih dahulu. Dalam doanya ia bermunajat, “semoga pekerjaanku bisa dipermudah.” Kemudian ia tertidur pulas. Tak berapa lama kemudian, ia didatangi seorang peri cantik yang membawa tongkat emas di tangan kanannya. Peri cantik itu iba melihat wajah Jaya yang begitu gigih dan tak kenal menyerah. Lalu ia membangunkan Jaya.

“Wahai Jaya,” kata peri cantik, “bangunlah.”

Jaya yang tertidur pun segera terbangun mendengar kata-kata yang terdengar merdu dari peri cantik. Ia mengucek matanya dua kali memastikan bahwa yang didepannya ini adalah peri cantik. “Ada apakah gerangan wahai peri cantik?”

Lalu peri cantik segera memutar tongkat emas dan dalam sekejap tiba-tiba di tangan Jaya tergenggam sebuah kapak besi. “Untuk apa kapak besi ini?” kata Jaya tak mengerti maksud pemberian peri cantik.

Peri cantik hanya tersenyum kemudian menjelaskan, “ini untuk membantumu, karena engkau telah gigih berjuang sendirian mengumpulkan kayu-kayu untuk kau jual ke pasar. Kapak besi ini bisa kau gunakan untuk melipatgandakan hasil kayumu, dengan menebang pohon, dan kau akan lebih banyak mendapatkan uang untuk hidupmu yang layak.”

“Begitukah?” mata Jaya terlihat berbinar-binar menerima hadiah yang demikian indah. Setelah itu peri cantik menghilang dari hadapannya.

Benar-benar tak disia-siakannya kapak besi pemberian peri cantik. Karena setelah itu Jaya semakin tekun, tadinya ia hanya bisa mendapatkan ranting-ranting kayu yang terjatuh karena usia pohon, kini ia bisa menebang pohon, meski dalam jangka waktu satu bulan. Namun ia cukup senang, karena uang yang didapat dari penjualan satu pohon jumlahnya lebih besar daripada menjual ranting-ranting kayu.

Hal lain yang patut dibanggakan dari Jaya adalah meskipun pekerjaannya semakin banyak ia tetap rajin berdoa. Ia tetap meminta untuk dimudahkan dalam pekerjaannya. Suatu hari peri cantik yang membawa tongkat emas di tangan kanannya datang lagi. Kali ini ia memberikan kepada Jaya sebuah kapak perak yang lebih hebat daripada kapak besinya. Kapak perak ini sanggup menebang satu pohon dalam waktu 15 hari saja. Berarti dalam waktu satu bulan ia bisa mendapatkan 2 pohon sekaligus. Dan tentunya ini semakin menambah jumlah uang yang didapatkan Jaya. Sekarang Jaya bisa memperkerjakan satu orang karyawan untuk membantunya mengatasi pekerjaannya. Ia lebih kaya lagi sekarang.

Akan tetapi Jaya tetap belum puas. Ia tetap rajin berdoa untuk mendapatkan lebih banyak lagi dalam pekerjaannya. Karena jika ia mendapatkan lebih banyak uang dia bisa melamar seorang gadis kembang desa yang sudah lama disukainya. Selesai berdoa peri cantik datang lagi, kali ini ia memberikan kapak emas yang sanggup menebang satu pohon sehari. Berarti 30 pohon selama sebulan. Tentunya ini sangat menggembirakan hati Jaya. Ia pasti akan mendapatkan banyak uang hasil penjualan kayu-kayunya. Dan tentunya bisa melamar si gadis manis kembang desa.

Bertahun-tahun usaha Jaya semakin maju semakin besar. Tetapi semakin maju semakin besar ia malah semakin lupa, karena semua hal telah didapatkannya. Sekarang ia hidup berkecukupan, ia punya istri cantik, ia punya anak-anak yang manis, ia punya rumah yang mewah, ia punya karyawan, ia punya usaha penebangan kayu. Tetapi ia lupa untuk menanam pohon-pohon muda sebagai pengganti pohon-pohon tua yang ditebanginya. Hingga akhirnya hewan-hewan hutan terdesak hidupnya dan banyak bencana alam yang terjadi akibat rusaknya ekosistem hutan. Karena Jaya semakin lupa semakin lupa, suatu hari peri cantik yang membawa tongkat emas di tangan kanannya muncul lagi dihadapannya. Tetapi kali ini ia tidak memberi Jaya sebuah kapak lagi melainkan mengambilnya.

“Ternyata kau tidak bisa diserahi hal ini wahai Jaya,” kata peri cantik.

“Apa?” tanya Jaya, “aku memperoleh semua ini berkat kerja kerasku. Tiap hari aku bekerja dengan sebaik-baiknya, tentu saja aku dapat memperoleh ini semua.”

“Tapi kau lupa satu hal. Kapak emas itu bukan untuk merusak, tapi untuk kau gunakan dengan sebaik-baiknya.”

“Lho tapi kan kugunakan dengan sebaik-baiknya.”

“Ya, tapi kau telah menghancurkan semuanya.”

“Apakah itu termasuk dalam urusanku?”

“Ya.” Kata peri cantik tegas, “kalau begitu aku akan mengambil lagi semuanya.” Lalu dengan kekuatan peri cantik membuat segala sesuatunya kembali dari awal. Menjadi Jaya si lelaki miskin yang hanya mengambil ranting-ranting kayu.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar