Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Jumat, 11 September 2020

Kampung Beton

Di sebuah kampung bernama kampung beton, hidup pak batu, pak semen, pak pasir, pak besi, dan pak kawat. Mereka adalah orang-orang yang membantu mendirikan kampong Beton secara bersama-sama, dibantu oleh seorang laki-laki pengembara, yang kini namanya hanya bisa diingat sebagai pahlawan dan sekarang laki-laki itu sering diceritakan kepada anak turunan mereka sebagai tokoh epik dengan sebutan pahlawan.

Ketika sedang asik-asiknya mengenang masa-masa itu, seorang anak yang bernama udara bertanya kepada mereka berlima. “Lalu siapa diantara kalian yang paling berjasa dalam kekokohan kampong beton ini?”

Mereka berlima melongo, saling memandang satu sama lain, bingung. Pertanyaan ini baru kali pertamanya ditanyakan kepada mereka. Diantara kebingungan mereka, tiba-tiba saja pak semen nyeletuk dengan suara yang nyaring. “hei, kupikir akulah yang paling memainkan peran lebih penting karena aku adalah perekat dari kita-kita ini agar kuat menjadi beton.”

“Eits, tunggu dulu,” tukas pak besi, “ibarat tubuh manusia tanpa rangka akan menjadi lemas. Begitu pula aku. Akulah pembentuk tulang kokohnya kampong beton ini…jadi wajar aku lebih penting.”

Giliran pak kawat angkat bicara tak mau kalah. “Aku emang kecil, tetapi tanpa aku, besi takkan bisa terikat dengan baik, sehingga kampong beton takkan terbentuk. Jadi kupikir, akulahs yang paling penting.”

Suasana yang panas menjadi hening untuk sesaat. Lalu terdengarlah suara tawa yang keras membahana. “hei, para culun…bukankah sudah jelas kalau aku…si batu bata ini yang palling penting karena mampu membentuk kampong beton untuk menjulang tinggi. Kalian para culun emang sok tahu.”

“Ciih…diamlah kau batu bata. Akulah si pasir yang diambil dari gunung Merapi yang laharnya menyala-nyala. Jadi, akulah yang paling tinggi derajatnya dibanding kalian-kalian ini.”

Udara hanya celingak-celinguk bingung dengan semua keributan ini. Ia tak mengerti mengapa mereka menjadi bertengkar. Lalu sewaktu keributan masih berlangsung, datanglah pak Beton menyapa mereka semua. Pak beton adalah kepala kampong beton.

“Selamat pagi semua,” sapa pak beton ramah, “ada apa kok pada rebut-ribut.”

Melihat pak beton datang, mereka berhenti beradu mulut. “begini pak,” kata pak kawat berusaha menjelaskan, “udara bertanya kepada kami semua, siapa yang lebih penting diantara kami dalam membangun kampong beton ini. Lalu kami semua mulai berpendapat masing-masing tentang kekuatan kami, dan akhirnya terjadilah keributan ini.”

Mendengar pernyataan itu, pak Beton enjadi mengerti permasalahan yang sedang terjadi. Lalu berpaling kepada anak batu, kemudan memegang pundak udara dengan kedua tangannya seraya berkata, “tak ada yang lebih penting diantara mereka. Mereka sama pentingnya dalam membangun kampong beton.”

“Maksudnya?” Tanya udara tak mengerti.

“Begini nak, kampong beton dibuat berdasarkan atas kekuatan yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Pak kawat yang suka menguatkan, pak semen yang merekatkan, pak batu bata yang menjulangkan menjadi tinggi, lalu pak pasirs yang hebat, pak besi yang mampu membuat kerangka kampong beton, “ tukas pak beton, “dan hasilnya bisa dilihat sendiri….kampung beton. Terlihat rapi, bagus, kokoh dari luar. Tak perlu ada perbedaan-perbedaan yang dibesar-besarkan karena dengan perbedaan itulah kita menjadi kuat dan juta kita dapat menambah wawasan kita terhadap sesuatu. Coba bayangkan, apabil salah satu dari elemen tadi hilang? Tak mungkin ada kampong beton kan? Jadi ingatlah baik-baik, mereka semua penting dengan karakternya masing-masing.”

“Wah, saya jadi mengerti dengan penjelasan dari bapak,” kata udara mantap, “kalau begitu saya berangkat sekolah dulu, terima kasih atas penjelasannya pak.”

Begitulah…kehidupan pagi nan damai yang ada di kampong beton selalu tercipta. Meskipun berbeda, tidak menjadi masalah selama mereka semua bersatu. Sehingga bie menjadi sesuatu yang kokoh.

0 $type={blogger}:

Posting Komentar