Blog tentang cerita dongeng anak-anak, cerita pendek (cerpen) remaja - dewasa, dan penulis cerita terkemuka di dunia.

Kamis, 23 September 2021

Kancil, Buaya, dan Kuda Nil

Postingan kali ini merupakan pengembangan perspektif dari cerita dongeng yang populer di Indonesia, yaitu Si Kancil dan Buaya. Awalnya, aku melakukan ini buat bantu anak memenuhi tugas sekolahnya: mengubah bagian akhir dari dongeng ini sesuai imajinasi.

Tugas ini sendiri ada di buku tema Sekolah Dasar. Kalian bisa menjadikan postingan ini sebagai referensi. Yah, semacam kunci jawaban buku tema 2 kelas 3 SD pembelajaran 5 halaman 199.

Berbeda sama tugas yang sudah dikirim ke guru anakku, aku melakukan rewriting (penulisan ulang) cerita dongeng ini demi bisa menyesuaikan bagian awal dan akhir ceritanya.

Oke. Selanjutnya, selamat membaca!

*

Dongeng Baru Kancil, Buaya, dan Kuda Nil

I. Kancil Lapar

Krucuk... krucuk... krucuk... terdengar suara dari dalam perut si kancil. Rupanya, itu suara perut yang menandakan dirinya merasa lapar. Kancil mendadak membayangkan mentimun, makanan kesukaannya. Air liur kancil sampai keluar.

Sayangnya, mentimun itu adanya di kebun Petani, yang letaknya ada di seberang sungai. Kancil menyadari menyeberang sungai tidak bisa dilakukan begitu saja. Itu karena ada banyak buaya di dalam sungai.

Kancil terdiam. Ia berpikir tentang cara menyeberangi sungai dengan selamat tanpa risiko dimakan buaya. Sejurus kemudian, ia mendapatkan ide agar dirinya bisa aman menyeberang sungai.

II. Kancil Mengumpulkan Buaya di Sungai

Kancil berdiri di tepi sungai. Ia memanggil buaya-buaya yang ada di dalam sungai.

"Woiii, buaya!" pekik kancil.

Karena teriakan kancil tidak begitu kencang, hanya ada satu buaya yang muncul dari dasar sungai.

Kancil senang ada satu buaya yang merespons panggilannya. "Kamu lagi ngapain, diem-diem bae?" tanya kancil.

"Aku sedang menunggu mangsa, Cil," sahut buaya, "Kamu lagi apa, Cil?"

"Aku mau menyeberang sungai."

"Kalau gitu, kamu harus berhadapan dengan kami, Cil," jelas buaya.

"Ah, tubuhku terlalu kecil. Kau pasti akan cepat lapar bila memakanku. Maukah kau kuberitahu satu hal?"

"Apa itu, Cil?" buaya penasaran.

"Aku dengar di seberang sungai ada banyak daging melimpah. Aku bisa membawakan daging-daging itu buatmu dan teman-temanmu," jelas kancil.

"Hmm, kedengarannya itu hal yang menarik," sahut buaya.

"Jadi, cari teman-temanmu. Kumpulkan mereka semua disini!"

Buaya setuju dengan permintaan kancil. Ia pun menyelam mencari teman-temannya.

Saat buaya menyelam, kancil terkekeh-kekeh mengetahui buaya sangat mudah diperdayainya. Ia pun duduk menunggu buaya kembali dengan teman-temannya.

Sementara kancil duduk di pinggir sungai, menunggu buaya muncul di permukaan sungai lagi, sepasang mata sedang memperhatikannya. Sepasang mata itu milik Kuda Nil.

III. Diskusi Para Buaya

Para buaya telah berkumpul di dasar sungai, setelah menerima info kalau kancil akan membawakan daging-daging segar untuk mereka. Salah satu diantara mereka menolak ide dari kancil.

"Tidak. Aku yakin benar kancil sedang coba menipu kita," kata buaya itu. Sifat buruk kancil yang suka menipu hewan lain sudah sangat terkenal. Jadi, saat ini, ia yakin jika kancil juga sedang berusaha menipu mereka.

"Terus bagaimana? Apa kita akan melewatkan kesempatan mendapatkan daging?" tanya buaya lain, "Sudah berhari-hari kita menahan lapar karena tidak ada satu pun hewan buruan yang melewati sungai."

Buaya yang tidak setuju pada ide kancil mengatakan, "Kenapa tidak kita coba mangsa saja si kancil itu?"

"Bagaimana bisa, kancil kan lebih cerdik (baca: licik) daripada kita semua?"

"Tidak, tidak. Kali ini, aku punya ide. Kita harus berpura-pura tidak tahu tentang kelicikan si kancil. Jadi, kita ikuti permainannya terlebih dulu," kata buaya tua itu menjelaskan idenya kepada teman-temannya. Mereka semua setuju dengan ide buaya tua itu.

Setelah itu, mereka pun naik ke atas permukaan sungai untuk menemui kancil dan memangsanya.

IV. Kancil Terjebur ke Sungai

Beberapa saat kemudian, buaya datang lagi dengan kawanannya. Kancil bangun dari duduknya. Ia langsung meminta para buaya mengikuti instruksinya.

"Baiklah. Aku minta kalian berjejer dari tempatku sampai ke seberang sungai. Biar aku bisa melompat dan menghitung semuanya.

Semua buaya mengikuti permainan kancil. Ketika semua buaya sudah berjejer mengikuti perintah kancil, kancil pun mulai melompat dari satu buaya ke buaya lainnya.

"Satu…" saat kancil berhasil menjejakkan kakinya ke punggung buaya pertama.

"Dua…" pekik kancil setelah berada di punggung buaya kedua.

"Tigaaa…" begitu kancil melompat ke punggung buaya ketiga, buaya itu membuka mulutnya sehingga kancil tepat masuk ke mulutnya.

"Aaaa…" kancil menjerit, dan byur... kancil tercebur ke sungai.

Buaya-buaya yang ada di sana mengelilingi kancil. Mereka siap menerkamnya.

"Kau nggak bisa mengelak lagi, Cil. Kau coba menipu kami. Kau jadi makanan kami saja."

V. Kuda Nil Menyelamatkan Nyawa Kancil

Kancil ketakutan setengah mati. Ia sama sekali tidak menyangka akal bulusnya terbongkar. Ia pasrah dan hanya bisa memejamkan mata.

Di tengah kegentingan itu, ia mendengar suara bak-buk-bak-buk dan raungan kesakitan para buaya. Kancil membuka sebelah matanya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Ia terkejut melihat para buaya lari berenang menjauhinya.

"Apa yang terjadi?" pikirnya.

Tiba-tiba dari dalam sungai muncullah Kuda Nil. Kancil terkejut melihat itu.

"Cil, Kancil," kata Kuda Nil.

"Hei, kuda nil sahabatku. Hmm, apa kamu yang telah membuat buaya-buaya itu kabur?"

"Ya. Kau ini masih saja suka menipu hewan lain."

"Bagaimana kau tahu, kau kan baru datang?" tanya kancil keheranan

"Sejak tadi, aku memperhatikanmu. Karena aku diam saja, kau jadi tidak menyadari keberadaanku," sahut Kuda Nil.

Kancil nyengir. Ya, ia merasa malu. Kebiasaan buruknya, yaitu suka menipu hewan lain, memang susah buat dihilangkan.

"Bagaimana kalau aku tidak ada tadi? Kau pasti sudah ada di perut mereka sekarang," Kuda Nil memberi nasihat.

"Maafkan aku. Habis aku lapar, sementara makananku ada di seberang sungai. Demi mendapatkan makanan, aku terpaksa menipu buaya."

"Boleh-boleh saja kau menyeberang sungai, tapi janganlah menipu hewan lain. Kau sendiri mau kalau ditipu? Nggak kan?”

"Iya, aku janji nggak akan melakukannya lagi. Oiya, Kuda Nil terima kasih ya karena sudah menyelamatkanku."

"Ngomong-ngomong, kau masih mau menyeberang sungai?"

Kancil mengangguk.

"Baik. Naiklah ke punggungku. Aku akan menyeberangkanmu."

Kancil pun naik ke punggung kuda nil. Yang membawanya ke seberang sungai.

Setelah mengantar kancil, kuda nil pergi lagi.

"Sampai jumpa teman. Jangan bikin masalah lagi ya."

"Ya. Sekali lagi terima kasih."

*

Pesan Moral Cerita Kancil, Buaya, dan Kuda Nil

Jangan kalian menjadi seseorang yang suka menipu orang lain demi mendapatkan untung yang besar. Jika orang itu tahu, ada kemungkinan orang itu akan balas menipu kita dengan cara yang jauh lebih buruk daripada yang pernah kita lakukan.

Dalam cerita Kancil, Buaya, dan Kuda Nil di atas, kancil bisa dibilang masih beruntung. Sebelum buaya memangsanya, kuda nil datang menyelamatkannya. Bahkan, ia membantu kancil ke seberang sungai. Bagaimana jika kuda nil tidak menyelamatkannya?[]

0 $type={blogger}:

Posting Komentar